Aplikasi yang dilarang di China jadi topik yang nggak pernah sepi dibahas, terutama buat kamu yang sering berselancar di internet global. Banyak orang kaget saat tahu kalau beberapa aplikasi populer yang sering kita pakai di luar negeri ternyata sama sekali nggak bisa diakses di Tiongkok. Bahkan beberapa nama besar seperti Google, Facebook, sampai WhatsApp termasuk dalam daftar ini.
Aplikasi yang dilarang di China bukan cuma karena masalah teknis atau kesalahan sistem, tapi lebih kepada kebijakan pemerintah dalam mengontrol arus informasi. Negara ini memang dikenal punya sistem internet yang ketat dan berbeda dari kebanyakan negara lain. Nah, buat kamu yang penasaran, yuk kita bahas tuntas aplikasi apa saja yang nggak boleh beredar di sana, dan kenapa bisa sampai dilarang.
Alasan utama kenapa banyak aplikasi diblokir di China
Aplikasi yang dilarang di China umumnya memiliki satu kesamaan: mereka tidak mematuhi aturan sensor dan kontrol data pemerintah. Pemerintah China memiliki sistem firewall yang sangat kuat, dikenal dengan nama Great Firewall of China, yang secara aktif menyaring konten dan membatasi akses aplikasi asing yang dianggap berbahaya bagi stabilitas politik atau budaya lokal.
Aplikasi yang dilarang di China biasanya juga dianggap terlalu bebas dalam membagikan informasi, baik itu konten berita, media sosial, hingga komunikasi pribadi. Hal ini bertentangan dengan prinsip pemerintah China yang ingin menjaga kontrol penuh terhadap informasi yang dikonsumsi masyarakatnya. Jadi, setiap platform asing harus tunduk pada peraturan lokal, atau siap-siap diblokir total.
Google dan semua layanannya tidak bisa diakses
Aplikasi yang dilarang di China paling terkenal tentu saja Google beserta seluruh ekosistemnya. Ini termasuk Gmail, Google Maps, Google Drive, Google Search, dan bahkan YouTube. Larangan ini sudah berlaku sejak tahun 2010 karena ketidaksepakatan antara Google dan pemerintah China terkait isu sensor data dan pelacakan pengguna.
Aplikasi yang dilarang di China dalam kategori ini cukup menyulitkan ekspatriat atau wisatawan asing yang terbiasa dengan layanan Google. Mereka harus mencari alternatif lokal seperti Baidu untuk pencarian, WeChat untuk email dan komunikasi, serta Youku untuk menonton video. Jadi buat kamu yang mau ke China, sebaiknya siapkan VPN jika ingin tetap pakai layanan Google.
Media sosial besar yang ikut diblokir
Aplikasi yang dilarang di China dalam kategori media sosial mencakup hampir semua platform besar seperti Facebook, Instagram, Twitter, hingga Snapchat. Pemerintah melihat platform ini terlalu bebas dan memungkinkan penyebaran informasi yang tidak sesuai dengan narasi nasional. Mereka dianggap bisa memicu kerusuhan atau mengorganisir gerakan politik yang berseberangan.
Aplikasi yang dilarang di China seperti Facebook dan Twitter digantikan dengan versi lokal seperti Weibo dan Renren. Walau tampilannya mirip, tapi fitur-fitur di dalamnya lebih terkontrol. Setiap konten yang diunggah bisa disensor atau dihapus jika dianggap melanggar kebijakan pemerintah. Pengguna lokal pun sudah terbiasa dengan sistem seperti ini.
Aplikasi komunikasi yang terkena blokir
Aplikasi yang dilarang di China juga mencakup layanan pesan instan seperti WhatsApp, Telegram, dan Signal. Ketiganya dikenal karena fitur enkripsi end-to-end yang kuat, yang membuat pihak ketiga sulit menyadap isi percakapan. Namun justru karena alasan ini, aplikasi-aplikasi tersebut dianggap berpotensi menyembunyikan aktivitas yang tidak diawasi pemerintah.
Aplikasi yang dilarang di China dalam kategori komunikasi akhirnya digantikan dengan WeChat, aplikasi serbaguna yang merangkap sebagai alat chatting, media sosial, pembayaran digital, dan banyak fungsi lainnya. WeChat dikembangkan oleh Tencent dan sudah sesuai dengan aturan lokal, sehingga penggunaannya sangat luas dan didukung pemerintah.
Platform berita dan informasi asing juga diblokir
Aplikasi yang dilarang di China lainnya termasuk berbagai platform berita seperti BBC, The New York Times, Reuters, dan Bloomberg. Situs-situs ini dianggap sering menyajikan informasi yang bertentangan dengan narasi pemerintah China, terutama dalam isu-isu sensitif seperti hak asasi manusia, Tibet, Taiwan, atau demonstrasi.
Aplikasi yang dilarang di China dalam kategori ini diganti dengan platform lokal seperti Xinhua atau CCTV News yang lebih dikontrol dan disesuaikan dengan kebijakan editorial nasional. Ini membuat warga China hanya mendapatkan satu versi informasi yang telah dikurasi, yang tentu berbeda dengan model pemberitaan bebas ala Barat.
Aplikasi hiburan yang dibatasi aksesnya
Aplikasi yang dilarang di China juga menyentuh dunia hiburan, termasuk Netflix, Spotify, Hulu, dan Disney+. Masalah utamanya lagi-lagi soal lisensi, kontrol konten, dan standar sensor yang tidak sesuai dengan regulasi pemerintah setempat. Beberapa konten dianggap tidak pantas atau tidak sesuai dengan nilai budaya lokal.
Aplikasi yang dilarang di China dalam ranah hiburan kemudian digantikan dengan layanan lokal seperti iQiyi, Tencent Video, dan Bilibili. Konten dalam platform ini sudah melalui proses seleksi dan sensor ketat sebelum ditayangkan. Meski begitu, kualitas produksi lokal tidak kalah menarik dan bahkan beberapa sukses menembus pasar internasional.
Aplikasi game yang ikut terdampak
Aplikasi yang dilarang di China juga meliputi beberapa game online populer yang tidak lolos persetujuan pemerintah. PUBG versi internasional sempat diblokir dan diganti dengan versi lokal bernama Game for Peace. Fortnite, Roblox, dan beberapa game lainnya juga mengalami hal yang sama karena isu perizinan dan konten yang tidak sesuai.
Aplikasi yang dilarang di China dari sektor game umumnya harus melalui proses review panjang sebelum bisa dirilis. Pemerintah sangat ketat dalam mengawasi konten game, termasuk durasi bermain untuk anak-anak dan batasan pembelian dalam aplikasi. Ini menjadi tantangan besar bagi developer asing yang ingin masuk pasar China.
Aplikasi VPN yang jadi sasaran pemerintah
Aplikasi yang dilarang di China seringkali digunakan secara tidak langsung melalui bantuan VPN. Tapi ironisnya, aplikasi VPN juga termasuk yang diblokir oleh pemerintah. Hanya VPN yang memiliki lisensi resmi dari otoritas lokal yang diperbolehkan, dan itu pun penggunanya sangat terbatas, biasanya hanya untuk keperluan bisnis.
Aplikasi yang dilarang di China seperti ExpressVPN, NordVPN, atau Surfshark tidak tersedia di App Store versi China. Pengguna yang tetap ingin memakainya harus mengakali sistem, tapi tentu ada risiko hukum. Meski begitu, permintaan terhadap VPN masih tinggi, terutama di kalangan ekspat dan profesional global.
Kesimpulan
Aplikasi yang dilarang di China menunjukkan betapa unik dan kompleksnya sistem internet di negara tersebut. Pemerintah sangat serius menjaga ruang digital mereka, dan tidak segan memblokir aplikasi besar sekalipun jika dianggap tidak sejalan dengan regulasi lokal. Ini menandakan bahwa penggunaan teknologi di China sangat berbeda dari kebanyakan negara lain.
Aplikasi yang dilarang di China bisa menjadi tantangan bagi pengguna luar negeri, tapi juga menjadi cerminan bagaimana negara ini membangun ekosistem digital yang mandiri. Dengan memahami aplikasi apa saja yang diblokir dan alasannya, kamu bisa lebih siap jika suatu saat bepergian ke sana atau ingin memahami lanskap digital global secara lebih luas.